Blogger news

Selasa, 21 Januari 2014

Pembagian Zona Kabupaten Gunungkidul





 Peta Administratif Kabupaten Gunungkidul

Kabupaten Gunung Kidul, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia yang beribu kota di Wonosari. Kabupaten ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di utara (Kabupaten Klaten dan Sukoharjo) dan timur (Kabupaten Wonogiri), Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman di barat. Kabupaten Gunung Kidul terdiri atas 18 kecamatan, yang terdiri 144 desa 1441 Dusun.

 
                 Secara geografis Kabupaten Gunungkidul berada pada 7°46¢ LS-8°09¢ LS dan 110°21¢ BT-110°50¢ BT, dengan luas wilayah 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah Kabupaten Gunungkidul terletak pada ketinggian yang bervariasi antara 0-800 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten Gunungkidul yaitu seluas 1.341,71 km2 atau  90,33 % berada pada ketinggian 100-500 m di atas permukaan laut (dpl). Sedangkan sisanya 7,75 % terletak pada ketinggian kurang dari 100 m dpl,  dan 1,92 %  terletak pada ketinggian lebih dari 500-1000 m dpl.
                             Secara Topografi, Kabupaten Gunungkidul dibagi dalam 3 zona yang berbeda yaitu:
1.         Zona Utara disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200m - 700m di atas permukaan laut. Keadaannya berbukit-bukit terdapat sumber-sumber air tanah kedalaman  6m – 12m dari permukaan tanah. Jenis tanah didominasi latosol dengan batuan induk vulkanik dan sedimen taufan. Wilayah ini meliputi Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Ponjong bagian utara.
2.         Zona Tengah disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan ketinggian 150m – 200m di atas permukaan laut. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi mediteran merah dan  grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur. Sehingga meskipun musim kemarau panjang, partikel-partikel air masih mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah, tetapi di musim kemarau kering. Kedalaman air tanah berkisar antara 60m – 120m di bawah permukaan tanah. Wilayah ini meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong bagian tengah, dan Semanu bagian utara.
3.         Zona Selatan disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu (Duizon gebergton atau Zuider gebergton), dengan ketinggian 0m – 300m di atas permukaan laut. Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur dengan ciri khas bukit-bukit kerucut (Conical limestone) dan merupakan kawasan karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah tanah. Zone Selatan ini meliputi kecamatan Saptosari, Paliyan, Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang, Ponjong bagian selatan, dan Semanu bagian selatan.
Gambar 2. Peta topografi Kabupaten Gunungkidul
               Secara morfologis daerah pegunungan selatan (Kabupaten Gunungkidul) merupakan pegunungan yang dapat dibedakan menjadi 3 satuan morfologi utama, yaitu:
1.        Satuan morfologi perbukitan berelief sedang sampai curam
       Satuan ini dimulai dari daerah sekitar Imogiri di bagian barat, memanjang ke utara hingga Prambanan, membelok ke timur (Pegunungan Baturagung) dan terus ke arah timur melewati Perbukitan Panggung, Plopoh, Kambangan hingga di kawasan yang terpotong oleh jalan raya antara Pacitan – Slahung. Litologi yang terdapat di satuan morfologi ini adalah batupasir dan breksi vulkanik dan batuan beku dari Formasi Semilir, Nglanggran atau Wuni dan Besole.
2.        Satuan Dataran tinggi
Daerah ini meliputi daerah Gading, Wonosari, Playen hingga Semanu. Daerah ini rata-rata memiliki ketinggian 200 m di atas muka laut, dengan topografi yang hampir datar dan pada umumnya memiliki litologi batugamping.
3.        Satuan perbukitan kerucut
Daerah ini meliputi daerah sebelah timur Parangtritis memanjang ke timur melewati daerah Baron, terus ke arah timur melewati Punung hingga ke daerah Pacitan. Daerah ini tersusun oleh bukit – bukit kecil berbentuk kerucut, tersusun oleh batugamping, baik batugamping terumbu maupun batugamping klastik yang lain.
Gambar 3. Peta Geomorfologi Kabupaten Gunungkidul
                 Kondisi geologi kabupaten Gunungkidul dipengaruhi oleh keberadaan dari kars dari pegunungan seribu. Kira-kira 74% dari daerah yang berasal dari pembentukan batu gamping. Di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Bantul, ada zona lipatan  dan zona patahan) yang juga secara fisik merupakan rintangan terhadap akses ke Kabupaten Gunungkidul. Di zone yang utara (sepanjang pegunungan Baturagung Mountain), secara geologi merupakan rangkaian pembentukan pegunungan andesit (Gunungwungkal, Wuni, Semilir, Nglangran dan Mandalika). Berdasarkan peta geologi, kondisi batuan di Kabupaten Gunungkidul dapat dibedakan atas: Formasi Kepek (Tmpk), Formasi Wonosari – Punung (Tmwl), Formasi Oyo (Tmo), Formasi Sambipitu (Tms), Formasi Nglanggran (Tmng), dan Formasi Kebo Butak (Tomk).
Gambar 4. Peta Geologi Kabupaten Gunungkidul
                   Kondisi geologis yang berbeda di kabupaten gunungkidul berpengaruh terhadap pembentukan tanah di masing-masing wilayah. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Gunungkidul cukup beragam, dengan rincian  sebagai berikut:
a.         Latosol, dengan batuan induk kompleks sedimen tufan dan batuan vulkanik, yang terletak pada wilayah bergunung-gunung, tersebar di wilayah Kecamatan Patuk bagian utara dan selatan, Gedangsari, Ngawen, Semin bagian timur, dan Ponjong bagian utara
b.         Kompleks latosol dan mediteran merah, dengan batuan induk batuan gamping, bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit, terdapat di wilayah Kecamatan Panggang, Purwosari, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Semanu bagian Selatan dan Timur, Rongkop, Girisubo, serta Ponjong bagian Selatan.
c.          Asosiasi mediteran merah dan renzina, dengan batuan induk batu gamping, bentuk wilayah berombak sampai bergelombang, terdapat di wilayah Kecamatan Ngawen bagian selatan, Nglipar, Karangmojo bagian barat dan utara, Semanu bagian barat, Wonosari bagian timur, utara dan selatan, Playen bagian barat dan utara, serta Paliyan bagian selatan.
d.         Grumosol hitam, dengan batuan induk batu gamping, bentuk wilayah datar sampai  bergelombang, terdapat di wilayah Kecamatan Playen bagian selatan, Wonosari bagian barat, Paliyan bagian utara, dan Ponjong bagian selatan.
e.          Asosiasi latosol merah dan litosol, dengan bahan induk tufan dan batuan vulkanik intermediet, bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit, terdapat di wilayah Kecamatan Semin bagian utara, Patuk bagian selatan, dan Playen bagian barat.
Tekstur tanah di Kabupaten Gunungkidul dibedakan atas dasar komposisi komponen pasir, debu dan lempung, sehingga secara garis besar dipilah menjadi tekstur kasar, sedang dan halus.
Gambar 5. Peta Jenis Tanah Kabupaten Gunungkidul
               Curah hujan rata-rata Kabupaten Gunungkidul sebesar 1382 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 89 hari. Bulan basah 4-5 bulan, sedangkan bulan kering berkisar antara 7-8 bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober-Nopember dan berakhir pada bulan Maret-April setiap tahunnya. Puncak curah hujan dicapai pada bulan Desember-Februari. Wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan, sedangkan wilayah Gunungkidul bagian selatan mempunyai awal hujan paling akhir.
Suhu udara rata-rata harian Kabupaten Gunungkidul adalah 27,7° C, dengan suhu minimum 23,2°C dan suhu maksimum 32,4° C. Kelembaban nisbi di Kabupaten Gunungkidul berkisar antara 80-85%. Kelembaban nisbi ini bagi wilayah Kabupaten Gunungkidul tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari-Maret, sedangkan terendah pada bulan September.
Gambar 6. Peta Curah Hujan Kabupaten Gunungkidul















Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

4 komentar

  1. Saya digunungkidul (ponjong) sebagai orang pendatang, setelah saya amati diberbagai bangunan diponjong baik bangunan sekolah maupun rumah warga, sebagian dari mereka rerak dibagian pondasi, tembok dan lain, sebenarnya apa faktor penyebabnya ya? Apakah tekstur tanahnya yg bergerak? Atau proses pembangunannya yang tidak tepat? Mohon pencerahannya?

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. di Gunung Kidul banyak sekali kuliner dan juga wisata keren

    BalasHapus

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© BPBD Gunungkidul
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top